Sejarah Munculnya Tasawuf dan Sufi { 2 }
Memang mengenai asal-usul atau timbulnya sufisme dalam Islam.
terdapat berbagai teori yang berbeda-beda. Ada yang mengatakan pengaruh
ajaran Kristen dengan faham menjauhi dunia dan hidup mengasingkan diri
dalam biara-biara. Atau ajaran filsafat mistik Pythagoras untuk
meninggalkan dunia dan pergi berkontemplasi juga dipandang mempengaruhi
timbulnya zuhud dan sufisme dalam Islam.
Demikian pula filsafat emanasi Plotinus yang mengatakan bahwa wujud
ini memancar dari zat Tuhan Yang Maha Esa. Roh berasal dari Tuhan, dan
karena pengaruh dunia materi roh menjadi kotor, dan untuk dapat kembali
ke alam asalnya roh terlebih dahulu harus dibersihkan dengan
meninggalkan dunia dan mendekati Tuhan sedekat mungkin, kafau bisa
bersatu dengan Tuhan. Dikatakan, filsafat ini mempunyai pengaruh
terhadap munculnya kaum wihdah al- wujud (manunggaling kawula-Gusti) dan
sufi dalam Islam.
Bahkan ajaran Buddha dengan faham nirwananya dan ajaran Hinduisme
yang mendorong manusia untuk meninggalkan dunia dan mendekati Tuhan
untuk mencapai persatuan Atman dengan Tan Brahman juga dianggap
berpengaruh terhadap sufisme Islam. Namun penelitian modern telah
membuktikan bahwa asal-usul sufisme tidak dapat dilacak hanya melalui
satu lintasan tunggal saja. Sufisme adalah sesuatu yang rumit, tak ada
jawaban yang bersahaja. Ada pengaruh-pengaruh non Islami, Nasrani,
Neoplatonisme, Gynostisisme dan Buddhisme dan pengaruh eksternal itu
bisa saja terjadi.
tetapi laku tasawuf itu sebenarnya telah inheren dalam ajaran Islam.
Dalam Al Qur’an Tuhan menerangkan diri-Nya sebagai al- Dzahir (Lahir)
dan yang al-Bathin (Batin). Karena itu. semua realitas dari dunia ini
juga memilki aspek lahir (eksoteris) dan batin (esoteris). Dalam Islam
dimensi batin atau esoteris dari wahyu ini sebagian besar berhubungan
dengan tasawuf.
Maka dari sudut pandang Islam; Tasawuf seperti al-din atau al-Islam
dalam pengertiannya yang universal adalah abadi dan sekaligus universal.
Hal ini tidak berarti bahwa adalah mungkin melaksanakan tasawuf di luar
kerangka Islam. Tasawuf yang bisa dilaksanakan secara sah harus
merupakan sesuatu yang bersumber dari wahyu AI-Qur’an. Seseorang tidak
dapat melaksanakan esoterisme Buddha dalam konteks syariat Islam atau
sebaliknya.
Dan kalau ada persamaan antara ajaran tasawuf dengan ajaran agama
lain; baik dengan ajaran agama samawi (seperti, Yahudi dan Kristen) atau
non samawi (seperti, Hindu dan Budha) itu adalah sesuatu hal yang tidak
mustahil terjadi. Ajaran Islam saja dengan ajaran samawi lainnya
bukankah memilki kesamaan sumber, yaitu sama- sama bersumber dari Allah
SWT, bukankah ibadah dalam Islam seperti khitan, kurban, haji, puasa dan
lain-lain adalah warisan dari ibadah umat terdahulu.
Adapun adanya persamaan ajaran tasawuf dengan ajaran agama non
samawi itu adalah sebuah kebetulan saja; bukankah cara berpakaian para
biksu agama Budha sama persis dengan orang yang sedang berpakaian kain
ihram untuk ibadah haji atau umrah, yaitu sama-sama dari dua helai kain
tidak berjait dan sama-sama membuka lengan kanan dalam memakainya, walau
ada perbedaan tapi dari warna kainnya saja.
Lalu apakah langsung kita katakan bahwa haji dan umrah adalah
dipengaruhi ajaran Budha?
Lalu siapakah yang di maksud para sufi atau mutasawwif pada zaman
sekarang ini? Ada analisa dan ungkapan menarik dan sederhana yang
disampaikan Syekh Yusuf al-Rifai dalam bukunya ketika mendiskripsikan
siapakah yang bisa di sebut sufi pada masa ini. Beliau menulis dalam
pengantar bukunya al-Sufiyah wa al-Tasawwuf fi Dlau al-Kitab wa al-
Sunnah sebagai berikut;
“Julukan sufi, jika dimutlakkan pada zaman sekarang ini, maka yang
dimaksud adalah mayoritas kaum muslimin yang bertaqlid pada salah satu
Imam empat mazhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali) dalam masalah
al-Furu’ (mazhab fiqh) dan secara ushul (aqidah) mengikuti pada salah
satu dari beberapa ulama salaf yang salih, maka sebagian mereka
berpegang teguh pada prinsip teologi Imam Abu Hasan al-Asy’ari yang
menjadi pegangan hampir sebagian besar golongan ahlus sunnah wal jama’ah
di hampir seluruh penjuru dunia. Prinsip ajaran mazhab ahlus sunnah wal
jama’ah ini (yang bermazhab fiqh pada salah satu Imam empat mazhab dan
berteologi dengan teologi Asy’ariyyah) adalah ajaran yang sampai
sekarang di ajarkan dan dipraktekkan di hampir sebagian besar negara
Islam, seperti Universitas al-Azhar Mesir, kecuali lembaga-lembaga
pendidikan Islam di negara Saudi Arabia atau negara lain yang dalam
naungan dan bantuan saudi Arabia yang berpegangan pada prinsip ajaran
Islam yang digagas oleh Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para
pengikutnya (Wahhabiyyah) yang menamakan diri dengan nama “al-Da’wah
al-Salafiyyyah”. Identitas sufi atau sufiyyah pada zaman ini juga
identik dengan kaum muslimin yang merayakan peringatan-peringatan hari
besar Islam bahkan menjadi hari libur nasional, seperti peringatan
Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra’ mi’raj dan lain-lain. Di samping itu
mereka tetap menjaga tradisi ziarah kubur ke makam Nabi Muhammad SAW
setelah atau sebelum ibadah haji, mengkhatamkan al- Qur’an saat ada ...
0 komentar:
Posting Komentar